Learning Resources

Untuk Apa Peringatan Seijin no Hi?

Waktu saya kuliah di Jepang, ada beberapa mahasiswa Indonesia yang baru lulus SMA melanjutkan S1 di universitas tempat saya belajar. Suatu hari, seorang mahasiswa yang belum lancar bahasa Jepangnya–dia kuliah di kelas full bahasa Inggris dan sedang belajar di kelas bahasa Jepang–mendatangi saya dengan menunjukkan selembar surat. Dia meminta tolong untuk menerjemahkan surat dari pemerintah kota itu. Ternyata, itu adalah surat undangan untuk menghadiri perayaan Seijin no Hi, Hari Kedewasaan. Dari situ, saya baru tahu bahwa ada acara resmi dari pemerintah untuk mereka yang tahun itu telah atau akan berusia dua puluh.

Di Jepang, warga yang telah berusia dua puluh tahun dianggap dewasa secara hukum sehingga diperbolehkan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, ditandai dengan kepemilikan juminhyou (semacam kartu tanda penduduk). Dalam sejarahnya, upacara ini dilakukan untuk pangeran muda sejak 714 Masehi, dilakukan dengan pemakaian jubah baru dan penggantian model rambut sebagai tanda dimulainya usia dewasa.

Pada masa sekarang, para wanita menghadiri undangan seijinshiki (upacara perayaan Hari Kedewasaan) dengan berbagai warna indah furisode, kimono berlengan lebar khusus untuk wanita yang belum menikah, dan zori, alas kaki tradisional Jepang. Satu set kimono ini sangat mahal sehingga biasanya mereka meminjam dari saudara, warisan dari sang ibu, atau menyewa di tempat penyewaan kimono. Sedangkan para pria mengenakan kimono formal berwarna gelap dan hakama (pakaian tradisional Jepang yang dipakai di luar kimono untuk menutupi pinggang sampai mata kaki). Meskipun demikian, para pria sering mengenakan pakaian formal ala Barat berupa setelan jas lengkap dengan dasinya.

Acara seijinshiki ini diadakan pada pagi hari oleh pemerintah daerah di suatu gedung pertemuan yang ditentukan. Pejabat kota memulai acara dengan pidato dan nasihat tentang hak dan kewajiban mereka sebagai orang dewasa. Supaya tidak membosankan, ada pemerintah kota yang menyajikan berbagai pementasan dan permainan menarik, juga sharing pengalaman dari para muda yang dinilai dapat menjadi teladan. Biasanya acara resmi tersebut berlangsung selama satu jam. Setelah itu, para pria dan wanita yang baru saja disahkan menjadi dewasa itu berpesta. Pada pesta itu, mereka mengonsumsi minuman beralkohol untuk pertama kali.

Seijin no hi secara resmi ditetapkan pada 15 Januari 1948. 15 Januari dipilih karena bertepatan dengan koshougatsu, tahun baru kecil, yang merupakan lanjutan dari perayaan tahun baru masehi. Kemudian pada tahun 2000, tanggal peringatan diubah menjadi Senin pekan kedua Januari, mengikuti kebijakan Sistem Happy Monday. Akan tetapi, di beberapa daerah, ada pula yang menyelenggarakan perayaan ini pada pertengahan Agustus, bertepatan dengan libur Obon (upacara penyambutan arwah nenek moyang yang pulang ke rumah) supaya para peserta yang bersekolah atau bekerja di luar kota dapat pulang dan mengikuti acara seijinshiki di kampung halamannya. Dengan demikian, mereka dapat melakukan reuni dengan kawan semasa kecil.

Yang menarik, ternyata warga negara asing yang tinggal di Jepang juga diundang pada acara ini. Oleh karena itu, jika Anda berusia di bawah dua puluh tahun dan berencana melanjutkan kuliah di Jepang, sebaiknya Anda menyediakan pakaian resmi untuk menghadiri upacara peringatan seijin no hi.

Kosakata

成人の日せいじんのひseijin no hiHari Kedewasaan
住民票じゅみんひょうjuminhyoukartu/dokumen tanda penduduk
成人式せいじんしきseijinshikiupacara perayaan Hari Kedewasaan 
振袖ふりそでfurisodekimono berlengan lebar khusus untuk wanita yang belum menikah
ぞりぞりzorialas kaki tradisional Jepang
はかまhakamapakaian tradisional Jepang yang dipakai di luar kimono untuk menutupi pinggang sampai mata kaki
小正月こしょうがつkoshougatsutahun baru kecil
お盆おぼんobonupacara penyambutan arwah nenek moyang yang pulang ke rumah

Dirangkum dari berbagai sumber oleh Emmy Indah (lihat profil di sini).

Leave a comment